Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Ke Blog Ini Semoga Bermanfaat Dan Mohon Maaf Jika Ada Terjadi Kesalahan Karena Saya Hanyalah Orang Yang Tak Pernah Luput Dari Kesalahan

Rabu, 23 Mei 2012

Klafikasi Kalimat


Klafisikasi Kalimat

Kalimat dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, misalnya kalimat tunggal dan kalimat majemuk, kalimat verbal dan non verbal, kalimat langsung dan tidak langsung. Dasar penggolongan kalimat tunggal dan kalimat majemuk tentu berlainan dengan dasar penggolongan pada kalimat verbal dan non verbal. Penggolongan kalimat ditinjau dari beberapa kalimat, antara lain :
1.      kehadiran untuk pengisi predikat
2.      jumlah clausa yang membentuknya
3.      kategori untuk mengisi predikat
4.      tujuan sesuai dengan situasinya
5.      struktur internalnya, dan
6.      langsung tidaknya penuturan

A. Kalsifikasi kalimat berdasarkan kehadiran predikat

            Berdasakan kehadiran predikat, kalimat dapat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat berclausa dan kalimat tidak berclausa. Kalimat berclausa adalah kalimat yang selain unsur intonasi, juga terdiri atas satuan dramatik yang berupa clausa (Ramlan, 1981). Unsur pengisi predikat (P), baik disertai unsur pengisi subjek (S), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (ket) maupun tidak.
Perhatikan contoh berikut
1. Sudah pergi . (jawaban atas pertanyaan : apakah dia sudah pergi )
2. Ayah akan bekerja. (bertipe s/p)
3. Mereka sedang memperbaiki sepeda (bertip s/p/o)
4. Anak anak sedang bermain bola dihalaman rumah. (Bertipe s/p/pel/k)
5. Kami bekerja diperusahaan itu (bertipe s/p/k/)

            Kalimat takberclausa adalah kalimat yang selain intonasi, tidak berupa satuan gramatik. Satuan gramatik kalimat yang bersangkutan tidak ada yang menduduki fungsi P.

6. Astaga !
7. Selamat pagi !
8. Darmono .
9. Kekantor .

B. Klasifikasi Kalimat Berdasarakan Kategori Unsur Pengisi Predikat

            Berdasarkan kategori unsur (satuan gramatikal) pengisi predikat, kalimat dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu (1) kalimat verbal dan (2) kalimat nonverbal . Suatu kalimat  Unsur pengisi predikat pada kalimat non verbal dapat berupa unsur berkategori nominal, adjektive, numerial, dan frasa preposisional. Apabila dilahat dari sisi kategori unsur pengisi predikat, kalimat dapat dibedakan menjadi 5 yaitu kalimat berpredikat verbal, nominal, adjektiva, numerial, dan kalimat dengan predikat dan frasa preposisional.




1. Kalimat berpredikat verba

Kalimat berpredikat verba disebut sebagai kalimat verba. Jenis kalimat ini dibedakan dengan kalimat yang berpredikat non verbal seperti kalimat berpredikat nominal, adjektiva, ataupun preposisional.
Contoh :
1. Dia sedang membeli ikan.
2. Dia pedagang ikan.

            Berdasarkan jenis verba, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat aktif ekatransitif, kalimat aktif dwitransitif, kalimat aktif intransitif, kalimat aktif semitransitif, dan kalimat pasif.

a. Kalimat Transitif

1) Kalimat Aktif Ekatransitif

Kalimat ekatransitif sebenarnya merupakan kalimat transitif. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang verbanya menuntut hadirnya objek. Dikatakan ekatransitif karna kalimat ini hanya mempunyai satu objek dan tidak berpelengkap. Unsur wajib dalam kalimat aktif ekatransitif adalah subjek, predikat , objek. Predikat kalimat ini adalah golongan verba transitif baik berupa kata maupun frasa. Dari segi makna, semua verba ekatransitif memiliki makna interen perbuatan. Contoh:

1. DPR Mengesahkan Undang-undang pemilu.
       S              P                            O

2. Pasukan Amerika menyerang instalasi militer Irak.
                 S                      P                       O
                
Ketiga kalimat di atas memperlihatkan urutan unsur, yaitu unsur yang befungsi sebagai subjek secara berurutandiikuti predikat dan objek. Tentu saja unsur tak wajib yang berupa keterangan dapat ditambahkan pada kalimat tersebut. Perlu dicatat bahwa nominal pengisi fungsi objek dalam kalimat aktif ekatransitif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.

2) Kalimat Aktif Dwitransitif
           
            Kalimat aktif dwitransitif adalah kalimat yang verba pengisi predikatnya menuntut hadirnya dua nomina, yang masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Contoh :

Turki memberikan investor asing jaminan keamanan usaha.
   S              P                   O                             Pel

            Ketiga kalimat di atas memperlihatkan verba pengisi predikat menuntut dua nomina. Kesulitan yang biasanya dijumpai adalah menentukan objek dan pelengkap. Dalam menentukan objek dan pelengkap ada baiknya kita mengikuti pendapat dari Verhaar (1982) yang menyatakan bahwa sebenar-benarnya objek adalah nomina yang dapat menduduki fungsi objek dalam kalimat passif. Artinya untuk menentukan objek sesungguhnya kita dapat menguji dengan pemasifan. Bandingkan dua kalimat beriut ini.

  1. Dia membelikan saya sebuah pensil.
  2. Saya dibelikan sebuah pensil olehnya (oleh dia).

Pada kalimat (1) kata saya berfungsi sebagai objek. Sedangkan dalam kalimat(2)
berubah fungsi menjadi subjek.
Pada umumnya makna verba dwitransitif adalah peruntungan atau benefaktif seperti dalam kalimat berikut ini.

  1. Dia akan membelikan anaknya hadiah ulang tahun.
  2. Kami harus membuatkan Pak Tarno.

Selain bermakna peruntungan, verba dwitransitif juga bermakna sasaran seperti pada kalimat berikut ini.
  1. Pimpinan perusahaan menugasi saya pekerjaan ini.
  2. Kakak mengirimi kami uang tiap bulan.

Kata saya pada kalimat (1), kata kami pada kalimat (2) Menduduki fungsi objek,
sedangkan nominal pekerjaan ini dan uang tiap tahun menduduki fungsi pelengkap.





b. Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang verba memicu predikat tidak memerlukan objek,
Contoh:

1. Dia sedang pergi  ke Bandung
     S             P                   K

2. Kemarin Dia Datang
          K        S       P

3. Adik saya sedang berenang
            S                    P

            Ketiga contoh diatas memperlihatkan bahwa verba pengisi predikat tidak membutuhkan objek. Ketiga contoh diatas juga memperlihatkan bahwa setelah verba tidak ada momina, melainkan frasa preposisi. Hal ini terjadi karena konsep instransitif menurut Alwi (1998) tidak mencakup verba yang diikuti nomina yang berfungsi sebagai pelengkap. Kalimat yang mengandung verba demikian mereka kelompokan pada kalimat semitransitif. Kalimat semitransitif akan dibahas kemudian.
            Pendapat itu berbeda dengan Ramlann (1987) yang memberi konsep kalimat intransitif lebih umum. Dia menyatakan bahwa kalimat intransitif adalah kalimat yang predikatnya tidak membutuhkan objek. Bila ada nomina yang mengikuti verba, nomina tersebut tidak berfungsi sebagai objek melainkan sebagai pelengkap. Dengan kata lain kalimat intransitif mencakup kalimat yang tanpa atau dengan nomina pelengkap.
            Contoh:

  1. Anak-anak sedang bermain layang-layang.
              S                     P                     Pel

            Dalam pandangan Ramlan (1987) keempat kalimat di atas dikelompokan kedalam kalimat aktif intransitif, karena tidak ada nomina yang berfungsi sebagai objek.

c. Kalimat Aktif Semitransitif

            Kalimat aktif semitransitif digunakan oleh Alwi (1998) untuk mengacu pada kalimat aktif intransitif yang mempunyai pelengkap. Dikatakan semitransitif karena kehadiran nomina yang berfungsi pelengkap mirip dengan nomina yang berfungsi objek. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Ramlan tidak menggolongkan kalimat seperti itu kedalam jenis tersendiri, melainkan dalam satu jenis,yaitu kalimat intransitif. Berikut ini adalah contoh kalimat aktif semitransitif.

Pamannya berdagang buah-buahan.
        S              P                Pel

d. Kalimat Pasif

            Dalam bahasa indonesia kalimat pasif pada umumnya ditandai oleh verba yang didahului oleh afiks di-, ter, ke-an, atau persona. Pemasifan sebagai suatu perubahan kontruksi dari bentuk verba aktif ke bentuk pasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan afiks di- dan dengan pasif persona.
            Pemasifan dengan menggunakan afiks di- mengikuti cara demikian.
1)      Pertukarkanlah S dengan O
2)      Gantilah prefiks meng- yang melekat pada verba dengan afiks di-
3)      Tambahkan kata oleh dibelakang verbanya

Contoh :

Tono mengecat meja makan. (aktif)
1)      Meja makan mengecat Tono. (kaidah 1)
2)      Meja makan dicat Tono. (kaidah 2)
3)      Meja makan dicat oleh Tono. (kaidah 3)

Kehadiran kata oleh sebenarnya bersifat opsional. Artinya hadir tidaknya kata
oleh bersifat manasuka. Dengan cara seperti itu kita juga dapat membuat bentuk pasif sebagai berikut.

  1. Sepeda adik sedang diperbaiki ayah.
  2. Irak akan diserang oleh pasukan Amerika.
  3. Sepeda adik sedang diperbaiki oleh ayah.

Pemasifan dengan afiks di- pada umumnya digunakan bila subjek pada kalimat
aktif semitransitif berupa nomina atau frasa nomina. Apabila subjek bukan berkategori nomina atau frasa nomina, tetapi diisi oleh pronomina persona khususnya pronomina persona pertama dan kedua, padanan pasifnya adalah dengan cara kedua. Adapun kaidah kedua adalah sebagai berikut.

  1. Pindahkan O ke awal kalimat.
  2. Tanggalkan afiks meng- pada verba pengisi predikat.
  3. Pindahkan pronomina persona pengisi S dan di depan verba.

Perhatika penerapan kaidah berikut ini.
           
            Saya mencuci sepatu itu (aktif)
  1. Sepatu itu saya sudah mencuci. (kaidah 1)
  2. Sepatu itu saya sudah cuci. (kaidah 2)
  3. Sepatu itu sudah saya cuci. (kaidah 3)

Contoh lain:
  1. Lantai ini sudah kamu sapu.
  2. Buku ini akan saya bawa.
  3. Saya ambil buku itu kemarin.

Jika subjek kalimat aktif transitif berupa pronomina persona ketiga atau nama
sendiri yang relatif pendek, maka pada pasifnya dapat dibentuk dengan cara pertama atau kedua seperti tampak berikut ini.

  1. Mereka sudah membaca buku ini.
  2. Buku ini sudah dibaca oleh mereka.
  3. Buku ini sudah mereka baca.

Perlu dicatat bahwa tidak semua kalimat aktif transitif memiliki padanan
bentuk pasifnya. Ada kalimat aktif transitif yang oleh karena suatu sebab tidak mempunyai padanan pasif.
            Contoh:
  1. Agus ingin mencubit Tini.
  2. Anak itu senang makan roti tawar.
  3. Ibu saya suka membeli buah nangka.

Ketiga kalimat tersebut tidak dapat dipasifkan menjadi kalimat pasif berikut.
  1. Tini ingin dicubit (oleh) Agus.
  2. Roti tawar senang dimakan (oleh) anak itu.
  3. Buah nangka sudah dibeli (oleh) ibu.

Sebagaimana tampak tampak pada kalimat tersebut, bahwa bentuk pasif
tersebut sama sekali bukan padanan dari ketika kalimat aktif transitif sebelumnya. Kalimat aktif dan kalimat pasif tersebut harus dipandang sebagai kalimat yang tidak berkaitan, sama sekali berbeda karena informasi kedua kalimat tersebut berbeda. Itu semua terjadi karena adanya verba bantu ingin, senang, suka pada verbanya. Jenis kalimat aktif transitif yang tidak dapat dicari padanan pasifnya disebut kalimat aktif anti-pasif, dan sebaliknya kalimat pasif yang tidak ada padanan aktifnya disebut kalimat pasif anti-aktif.


2. Kalimat Berpredikat Nominal

            Dalam bahasa indonesia fungsi predikat, selain diisi oleh kategori verba dapat juga diisi oleh nomina atau frasa nominal. Dengan demikian, dua nomina atau frasa nominal yang dideretkan akan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat tersebut penting karena deretan nomina atau nominal dapat saja tidak membentuk kalimat. Perhatikan contoh yang berikut.

  1. Buku cetakan Bandung itu.
  2. Buku itu cetakan Bandung.

Urutan kata pada contoh (1) membentuk kontruksi frasa, bukan karena kalimat
karena kata cetakan bandung itu merupakan pewatas nomina buku. Sebaliknya urutan kata pada contoh (2) membentuk kalimat kata karena kata itu memisahkan antara nomina buku sebagai subjek dan frasa cetakan bandung sebagai predikat.  Kalimat yang berpredikat nominal disebut kalimat ekuati atau biasa disebut dengan kalimat nominal.
            Dalam struktur yang normal, frasa nominal pertama adalah subjek dan frasa nominal kedua adalah predikat. Akan tetapi, apabila frasa pertama diberi partikel –lah frasa nominal pertama berubah menjadi predikat. Hal itu disebabkan dalam bahasa indonesia pada umumnya partikel –lah menandai predikat.
            Perhatikan contoh berikut.

  1. Dia adik saya
 S         P        
  1. Dialah adik saya
    P           S

            Kalimat berpredikat nominal seringkali dirangkai dengan kata adalah yang berada di antara subjek dan predikat. Pada umumnya kopula adalah digunakan untuk memisahkan subjek dan predikat yang kedua-duanya panjang.
            Perhatikan contoh berikut.

  1. Perselisihan antara anggota partai politik adalah hal yang biasa terjadi.
  2. penyalahgunaan dana bantuan banjir adalah tindakan yang tidak bermoral.

Kalimat ekuatif yang telah dihubungi kopula adalah akan berubah fungsi.
Frasa nominal pertama tetap berfungsi sebagai subjek, sedangkan frasa nominal kedua berfungsi sebagai pelengkap dari predikat yang diisi oleh kopula adalah.


3. Kalimat Berpredikat Adjektival

            Dalam bahasa indonesia fungsi predikat dapat diisi oleh adjektiva atau frasa adjektival. Kalimat yang berpredikat adjektiva atau adjektival disebut kalimat statif.

            Contoh:
  1. Anaknya sangat pandai.
  2. Rumahnya besar dan bersih.
  3. Kamar ini cukup pengap.

Subjek ketiga kalimat tersebut adalah anaknya, rumahnya, dan kamar ini,
sedangkan fungsi predikat diisi oleh frasa adjektival sangat pandai, besar dan bersih, dan frasa cukup pengap. Kalimat berpredikat adjektival juga dapat diikuti oleh pelengkap seperti halnya kalimat berpredikat nominal.
            Contoh:
  1. Adiknya sakit perut.
  2. Dia takut akan kemarahan ayahnya

Unsur perut,akan kemarah ayahnya adalah pelengkap dari predikat yang diisi
oleh unsur sakit dan takut.


4. kalimat Berpredikat Numeral

            Dalam bahasa indonesia fungsi predikat, selain diisi oleh kategori verbal, nominal, adjektival dapat pula diisi oleh numeral atau bilangan.
            Contoh:
  1. Uangnya seribu rupiah.
  2. Kambingnya dua ekor.
  3. Lebar sungai itu tiga meter.

Predikat pada ketiga kalimat tersebut adalah seribu rupiah, dua ekor, tiga
meter. Semuanya merupaka frasa numeral. Sebagaimana dijelaskan pada frasa numeral, bahwa salah satu unsur dalam frasa numeral adalah kata penyukat atau kata penggolong. Kata ini mengikuti numeria. Kata penggolong pada ketiga kalimat diatas adalah rupiah, ekor, dan meter. Berkaitan dengan hal itu, da kata penggolong yang bersifat wajib hadir ada yang opsional. Kata penggolong pada kalimat (1) dan (2) tidak wajib hadir, sedangkan penggolongan pada kalimat (3) meter wajib hadir.
Contoh lain:
  1. Uangnya seribu.
  2. Kambingnya dua.
  3. *Lebar sungai itu tiga.

Kalimat (1) dan (2) masih berterima walaupun tidak diikuti kata penggolong,
sedangkan kalimat (3) tanpa hadirnya kata penggolong kalimat tersebut tidak berterima.
           

5. Kalimat Berpredikat Preposisional

            Dalam bahasa indonesia kalimat berpredikat preposisional oleh beberapa tokoh linguis Indonesia masih menjadi pertanyaan. Namun, sebagian besar sepakat bahwa kalimat berpredikat preposisional terdapat dalam bahasa Indonesia.
            Contoh:

  1. Kedua anak itu dirumah saya
  2. Besok pagi kami ke Bandung.
  3. Pemuda itu dari Jakarta.

Predikat pada ketiga kalimat tersebut adalah di rumah saya, ke bandung, dari
jakarta. Semuanya merupakan kontruksi frasa preposisional. Berbeda dengan kalimat berpredikat frasa nominal,verbal, adjektival, dan numeral kalimat dengan predikat preposisional harus diisi frase preposisional, tidak dapat diisi preposisi saja. Bila hanya diisi oleh preposisi saja kalimat tersebut tidak dapat berterima seperti tampak berikut ini.
    1. *Kedua anak itu di.
    2. *Besok pagi kami ke.
    3. *Pemuda itu dari.

2 komentar:

  1. terimakasih gan atas infonya
    monggo ikut kompetisi cerdas cermat online se-jawa timus seri 2 , hadiahnya cukup menarik lho :)

    BalasHapus
  2. kereen gan. makasih ya ilmunya

    BalasHapus