Klafisikasi
Kalimat
Kalimat dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, misalnya kalimat tunggal
dan kalimat majemuk, kalimat verbal dan non verbal, kalimat langsung dan tidak
langsung. Dasar penggolongan kalimat tunggal dan kalimat majemuk tentu
berlainan dengan dasar penggolongan pada kalimat verbal dan non verbal.
Penggolongan kalimat ditinjau dari beberapa kalimat, antara lain :
1.
kehadiran
untuk pengisi predikat
2.
jumlah
clausa yang membentuknya
3.
kategori
untuk mengisi predikat
4.
tujuan
sesuai dengan situasinya
5.
struktur
internalnya, dan
6.
langsung
tidaknya penuturan
A. Kalsifikasi kalimat berdasarkan kehadiran
predikat
Berdasakan kehadiran predikat,
kalimat dapat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat berclausa dan kalimat tidak
berclausa. Kalimat berclausa adalah kalimat yang selain unsur intonasi, juga
terdiri atas satuan dramatik yang berupa clausa (Ramlan, 1981). Unsur pengisi
predikat (P), baik disertai unsur pengisi subjek (S), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (ket) maupun tidak.
Perhatikan contoh berikut
1. Sudah pergi .
(jawaban atas pertanyaan : apakah dia sudah pergi )
2. Ayah akan
bekerja. (bertipe s/p)
3. Mereka sedang
memperbaiki sepeda (bertip s/p/o)
4. Anak anak
sedang bermain bola dihalaman rumah. (Bertipe s/p/pel/k)
5. Kami bekerja
diperusahaan itu (bertipe s/p/k/)
Kalimat takberclausa adalah kalimat
yang selain intonasi, tidak berupa satuan gramatik. Satuan gramatik kalimat
yang bersangkutan tidak ada yang menduduki fungsi P.
6. Astaga !
7. Selamat pagi !
8. Darmono .
9. Kekantor .
B. Klasifikasi Kalimat Berdasarakan Kategori Unsur
Pengisi Predikat
Berdasarkan kategori unsur (satuan
gramatikal) pengisi predikat, kalimat dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu (1) kalimat verbal dan (2) kalimat nonverbal . Suatu kalimat Unsur pengisi predikat pada kalimat non verbal
dapat berupa unsur berkategori nominal, adjektive, numerial, dan frasa
preposisional. Apabila dilahat dari sisi kategori unsur pengisi predikat,
kalimat dapat dibedakan menjadi 5 yaitu kalimat berpredikat verbal, nominal,
adjektiva, numerial, dan kalimat dengan predikat dan frasa preposisional.
1. Kalimat berpredikat verba
Kalimat berpredikat verba disebut sebagai kalimat verba. Jenis kalimat ini
dibedakan dengan kalimat yang berpredikat non verbal seperti kalimat
berpredikat nominal, adjektiva, ataupun preposisional.
Contoh :
1. Dia sedang
membeli ikan.
2. Dia pedagang
ikan.
Berdasarkan jenis verba, kalimat
dapat dibedakan menjadi kalimat aktif ekatransitif, kalimat aktif dwitransitif,
kalimat aktif intransitif, kalimat aktif semitransitif, dan kalimat pasif.
a. Kalimat
Transitif
1) Kalimat Aktif Ekatransitif
Kalimat ekatransitif sebenarnya merupakan kalimat transitif. Kalimat aktif
transitif adalah kalimat yang verbanya menuntut hadirnya objek. Dikatakan
ekatransitif karna kalimat ini hanya mempunyai satu objek dan tidak
berpelengkap. Unsur wajib dalam kalimat aktif ekatransitif adalah subjek,
predikat , objek. Predikat kalimat ini adalah golongan verba transitif baik
berupa kata maupun frasa. Dari segi makna, semua verba ekatransitif memiliki
makna interen perbuatan. Contoh:
1. DPR Mengesahkan
Undang-undang pemilu.
S P O
2. Pasukan
Amerika menyerang instalasi militer Irak.
S P O
Ketiga kalimat di atas memperlihatkan urutan unsur, yaitu unsur yang
befungsi sebagai subjek secara berurutandiikuti predikat dan objek. Tentu saja
unsur tak wajib yang berupa keterangan dapat ditambahkan pada kalimat tersebut.
Perlu dicatat bahwa nominal pengisi fungsi objek dalam kalimat aktif
ekatransitif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
2) Kalimat Aktif Dwitransitif
Kalimat aktif dwitransitif adalah
kalimat yang verba pengisi predikatnya menuntut hadirnya dua nomina, yang
masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Contoh :
Turki memberikan investor asing jaminan
keamanan usaha.
S P O Pel
Ketiga kalimat di atas
memperlihatkan verba pengisi predikat menuntut dua nomina. Kesulitan yang
biasanya dijumpai adalah menentukan objek dan pelengkap. Dalam menentukan objek
dan pelengkap ada baiknya kita mengikuti pendapat dari Verhaar (1982) yang
menyatakan bahwa sebenar-benarnya objek adalah nomina yang dapat menduduki
fungsi objek dalam kalimat passif. Artinya untuk menentukan objek sesungguhnya
kita dapat menguji dengan pemasifan. Bandingkan dua kalimat beriut ini.
- Dia membelikan saya sebuah pensil.
- Saya dibelikan sebuah pensil olehnya
(oleh dia).
Pada kalimat (1) kata saya berfungsi sebagai objek. Sedangkan dalam
kalimat(2)
berubah fungsi
menjadi subjek.
Pada umumnya
makna verba dwitransitif adalah peruntungan atau benefaktif seperti dalam
kalimat berikut ini.
- Dia akan membelikan anaknya hadiah
ulang tahun.
- Kami harus membuatkan Pak Tarno.
Selain bermakna peruntungan, verba dwitransitif juga bermakna sasaran
seperti pada kalimat berikut ini.
- Pimpinan perusahaan menugasi saya
pekerjaan ini.
- Kakak mengirimi kami uang tiap bulan.
Kata saya pada kalimat (1), kata kami pada kalimat (2) Menduduki fungsi
objek,
sedangkan nominal
pekerjaan ini dan uang tiap tahun menduduki fungsi
pelengkap.
b. Kalimat Aktif
Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang verba memicu predikat tidak
memerlukan objek,
Contoh:
1. Dia sedang
pergi ke Bandung
S P K
2. Kemarin
Dia Datang
K S
P
3. Adik saya
sedang berenang
S P
Ketiga contoh diatas memperlihatkan
bahwa verba pengisi predikat tidak membutuhkan objek. Ketiga contoh diatas juga
memperlihatkan bahwa setelah verba tidak ada momina, melainkan frasa preposisi.
Hal ini terjadi karena konsep instransitif menurut Alwi (1998) tidak mencakup
verba yang diikuti nomina yang berfungsi sebagai pelengkap. Kalimat yang mengandung
verba demikian mereka kelompokan pada kalimat semitransitif. Kalimat
semitransitif akan dibahas kemudian.
Pendapat itu berbeda dengan Ramlann
(1987) yang memberi konsep kalimat intransitif lebih umum. Dia menyatakan bahwa
kalimat intransitif adalah kalimat yang predikatnya tidak membutuhkan objek.
Bila ada nomina yang mengikuti verba, nomina tersebut tidak berfungsi sebagai
objek melainkan sebagai pelengkap. Dengan kata lain kalimat intransitif
mencakup kalimat yang tanpa atau dengan nomina pelengkap.
Contoh:
- Anak-anak sedang bermain layang-layang.
S P Pel
Dalam pandangan Ramlan (1987)
keempat kalimat di atas dikelompokan kedalam kalimat aktif intransitif, karena
tidak ada nomina yang berfungsi sebagai objek.
c. Kalimat Aktif
Semitransitif
Kalimat aktif semitransitif
digunakan oleh Alwi (1998) untuk mengacu pada kalimat aktif intransitif yang
mempunyai pelengkap. Dikatakan semitransitif karena kehadiran nomina yang
berfungsi pelengkap mirip dengan nomina yang berfungsi objek. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa Ramlan tidak menggolongkan kalimat seperti itu
kedalam jenis tersendiri, melainkan dalam satu jenis,yaitu kalimat intransitif.
Berikut ini adalah contoh kalimat aktif semitransitif.
Pamannya berdagang buah-buahan.
S
P Pel
d. Kalimat Pasif
Dalam bahasa indonesia kalimat pasif
pada umumnya ditandai oleh verba yang didahului oleh afiks di-, ter, ke-an, atau
persona. Pemasifan sebagai suatu perubahan kontruksi dari bentuk verba aktif
ke bentuk pasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan afiks
di- dan dengan pasif persona.
Pemasifan dengan menggunakan afiks di- mengikuti cara demikian.
1)
Pertukarkanlah
S dengan O
2)
Gantilah
prefiks meng- yang melekat pada verba
dengan afiks di-
3)
Tambahkan
kata oleh dibelakang verbanya
Contoh :
Tono mengecat meja makan. (aktif)
1)
Meja
makan mengecat Tono. (kaidah 1)
2)
Meja
makan dicat Tono. (kaidah 2)
3)
Meja
makan dicat oleh Tono. (kaidah 3)
Kehadiran kata oleh sebenarnya
bersifat opsional. Artinya hadir tidaknya kata
oleh bersifat manasuka. Dengan cara seperti itu kita juga dapat membuat bentuk
pasif sebagai berikut.
- Sepeda adik sedang diperbaiki ayah.
- Irak akan diserang oleh pasukan
Amerika.
- Sepeda adik sedang diperbaiki oleh
ayah.
Pemasifan dengan afiks di- pada
umumnya digunakan bila subjek pada kalimat
aktif
semitransitif berupa nomina atau frasa nomina. Apabila subjek bukan berkategori
nomina atau frasa nomina, tetapi diisi oleh pronomina persona khususnya
pronomina persona pertama dan kedua, padanan pasifnya adalah dengan cara kedua.
Adapun kaidah kedua adalah sebagai berikut.
- Pindahkan O ke awal kalimat.
- Tanggalkan afiks meng- pada verba pengisi predikat.
- Pindahkan pronomina persona pengisi S
dan di depan verba.
Perhatika penerapan kaidah berikut ini.
Saya mencuci sepatu itu (aktif)
- Sepatu itu saya sudah mencuci.
(kaidah 1)
- Sepatu itu saya sudah cuci. (kaidah
2)
- Sepatu itu sudah saya cuci. (kaidah
3)
Contoh lain:
- Lantai ini sudah kamu sapu.
- Buku ini akan saya bawa.
- Saya ambil buku itu kemarin.
Jika subjek kalimat aktif transitif berupa pronomina persona ketiga atau
nama
sendiri yang
relatif pendek, maka pada pasifnya dapat dibentuk dengan cara pertama atau
kedua seperti tampak berikut ini.
- Mereka sudah membaca buku ini.
- Buku ini sudah dibaca oleh mereka.
- Buku ini sudah mereka baca.
Perlu dicatat bahwa tidak semua kalimat aktif transitif memiliki padanan
bentuk pasifnya.
Ada kalimat aktif transitif yang oleh karena suatu sebab tidak mempunyai
padanan pasif.
Contoh:
- Agus ingin mencubit Tini.
- Anak itu senang makan roti tawar.
- Ibu saya suka membeli buah nangka.
Ketiga kalimat tersebut tidak dapat dipasifkan menjadi kalimat pasif
berikut.
- Tini ingin dicubit (oleh) Agus.
- Roti tawar senang dimakan (oleh) anak
itu.
- Buah nangka sudah dibeli (oleh) ibu.
Sebagaimana tampak tampak pada kalimat tersebut, bahwa bentuk pasif
tersebut sama
sekali bukan padanan dari ketika kalimat aktif transitif sebelumnya. Kalimat
aktif dan kalimat pasif tersebut harus dipandang sebagai kalimat yang tidak berkaitan,
sama sekali berbeda karena informasi kedua kalimat tersebut berbeda. Itu semua
terjadi karena adanya verba bantu ingin,
senang, suka pada verbanya. Jenis kalimat aktif transitif yang tidak dapat
dicari padanan pasifnya disebut kalimat
aktif anti-pasif, dan sebaliknya kalimat pasif yang tidak ada padanan
aktifnya disebut kalimat pasif
anti-aktif.
2. Kalimat Berpredikat Nominal
Dalam bahasa indonesia fungsi
predikat, selain diisi oleh kategori verba dapat juga diisi oleh nomina atau
frasa nominal. Dengan demikian, dua nomina atau frasa nominal yang dideretkan
akan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan predikatnya
terpenuhi. Syarat tersebut penting karena deretan nomina atau nominal dapat
saja tidak membentuk kalimat. Perhatikan contoh yang berikut.
- Buku cetakan Bandung itu.
- Buku itu cetakan Bandung.
Urutan kata pada contoh (1) membentuk kontruksi frasa, bukan karena kalimat
karena kata cetakan bandung itu merupakan pewatas
nomina buku. Sebaliknya urutan kata
pada contoh (2) membentuk kalimat kata karena kata itu memisahkan antara nomina buku
sebagai subjek dan frasa cetakan bandung sebagai predikat. Kalimat yang berpredikat nominal disebut
kalimat ekuati atau biasa disebut dengan kalimat nominal.
Dalam struktur yang normal, frasa
nominal pertama adalah subjek dan frasa nominal kedua adalah predikat. Akan
tetapi, apabila frasa pertama diberi partikel –lah frasa nominal pertama berubah menjadi predikat. Hal itu
disebabkan dalam bahasa indonesia pada umumnya partikel –lah menandai predikat.
Perhatikan contoh berikut.
- Dia adik saya
S
P
- Dialah adik saya
P S
Kalimat berpredikat nominal
seringkali dirangkai dengan kata adalah
yang berada di antara subjek dan predikat. Pada umumnya kopula adalah digunakan
untuk memisahkan subjek dan predikat yang kedua-duanya panjang.
Perhatikan contoh berikut.
- Perselisihan antara anggota partai
politik adalah hal yang biasa terjadi.
- penyalahgunaan dana bantuan banjir
adalah tindakan yang tidak bermoral.
Kalimat ekuatif yang telah dihubungi kopula adalah akan berubah fungsi.
Frasa nominal
pertama tetap berfungsi sebagai subjek, sedangkan frasa nominal kedua berfungsi
sebagai pelengkap dari predikat yang diisi oleh kopula adalah.
3. Kalimat Berpredikat Adjektival
Dalam bahasa indonesia fungsi predikat
dapat diisi oleh adjektiva atau frasa adjektival. Kalimat yang berpredikat
adjektiva atau adjektival disebut kalimat statif.
Contoh:
- Anaknya sangat pandai.
- Rumahnya besar dan bersih.
- Kamar ini cukup pengap.
Subjek ketiga kalimat tersebut adalah anaknya, rumahnya, dan kamar ini,
sedangkan fungsi
predikat diisi oleh frasa adjektival sangat
pandai, besar dan bersih, dan frasa
cukup pengap. Kalimat berpredikat adjektival juga dapat diikuti oleh
pelengkap seperti halnya kalimat berpredikat nominal.
Contoh:
- Adiknya sakit perut.
- Dia takut akan kemarahan ayahnya
Unsur perut,akan kemarah ayahnya adalah pelengkap dari predikat yang diisi
oleh unsur sakit dan takut.
4. kalimat Berpredikat Numeral
Dalam bahasa indonesia fungsi
predikat, selain diisi oleh kategori verbal, nominal, adjektival dapat pula
diisi oleh numeral atau bilangan.
Contoh:
- Uangnya seribu rupiah.
- Kambingnya dua ekor.
- Lebar sungai itu tiga meter.
Predikat pada ketiga kalimat tersebut adalah seribu rupiah, dua ekor, tiga
meter. Semuanya merupaka frasa numeral. Sebagaimana dijelaskan pada frasa
numeral, bahwa salah satu unsur dalam frasa numeral adalah kata penyukat atau
kata penggolong. Kata ini mengikuti numeria. Kata penggolong pada ketiga
kalimat diatas adalah rupiah, ekor, dan
meter. Berkaitan dengan hal itu, da
kata penggolong yang bersifat wajib hadir ada yang opsional. Kata penggolong
pada kalimat (1) dan (2) tidak wajib hadir, sedangkan penggolongan pada kalimat
(3) meter wajib hadir.
Contoh lain:
- Uangnya seribu.
- Kambingnya dua.
- *Lebar sungai itu tiga.
Kalimat (1) dan (2) masih berterima walaupun tidak diikuti kata penggolong,
sedangkan kalimat
(3) tanpa hadirnya kata penggolong kalimat tersebut tidak berterima.
5. Kalimat Berpredikat Preposisional
Dalam bahasa indonesia kalimat berpredikat
preposisional oleh beberapa tokoh linguis Indonesia masih menjadi pertanyaan.
Namun, sebagian besar sepakat bahwa kalimat berpredikat preposisional terdapat
dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
- Kedua anak itu dirumah saya
- Besok pagi kami ke Bandung.
- Pemuda itu dari Jakarta.
Predikat pada ketiga kalimat tersebut adalah di rumah saya, ke bandung, dari
jakarta. Semuanya merupakan kontruksi frasa preposisional. Berbeda dengan kalimat
berpredikat frasa nominal,verbal, adjektival, dan numeral kalimat dengan
predikat preposisional harus diisi frase preposisional, tidak dapat diisi
preposisi saja. Bila hanya diisi oleh preposisi saja kalimat tersebut tidak
dapat berterima seperti tampak berikut ini.
- *Kedua anak itu di.
- *Besok pagi kami ke.
- *Pemuda itu dari.
terimakasih gan atas infonya
BalasHapusmonggo ikut kompetisi cerdas cermat online se-jawa timus seri 2 , hadiahnya cukup menarik lho :)
kereen gan. makasih ya ilmunya
BalasHapus