Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Ke Blog Ini Semoga Bermanfaat Dan Mohon Maaf Jika Ada Terjadi Kesalahan Karena Saya Hanyalah Orang Yang Tak Pernah Luput Dari Kesalahan

Kamis, 02 Agustus 2012

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM


MENGAJAR DAN BELAJAR
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM


A. Konsep Dasar Mengajar

1. Mengajar Sebagai Proses Menyampaikan Materi Pembelajaran

            Kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa ingris kuno yaitu taecan kata ini berasal dari jerman kuno (old teutenic) taikjan yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. kata tersebut ditemukan dalam bahasa sansekerta dic. Yang dalam bahasa jerman kuno dikenal dengan deik. Istilah mengajar (teach) juga berhubungan dengan token yang berarti tanda atau simbol. Kata token juga berasal dari kata jerman kuno teiknom, yaitu pengetahuan dari taikjan. Dalam
bahasa ingris kuno taecan berarti to teach (mengajar) .

            To teach  (mengajar) dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol; penggunaan tanda atau simbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya. Sejak tahun 1500-an, definisi mengajar (teaching) mengalami perkembangan secara terus menerus.

            Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Untuk proses mengajar, bagian proses menyampaikan pengetahuan akan lebih tepat jika diartikan dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang dikemukakan Smith (1987) bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill) .

            Sebaai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

a. Proses pengajaran beorientasi pada guru (teacher center)

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memang peran yang sangat penting. Oleh karna itu pentingnya peran guru, maka biasanya prosess pengajaran akan berlangsung manakala ada guru, dan tidak mungkin ada proses pembelajaran tanpa guru. Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu guru sebagai perencana, sebagai penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator.

b. Siswa sebagai objek pelajar

Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diterima oleh guru. Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gayanya sangat terbatas. Sebab dalam proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru .
c. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu

            Proses pengajaran belangsung pada tempat tertentu misalnya terjadi di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat, sehingga siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Cara mempelajarinya pun seperti bagian-bagian yang terpisah, seakan-akan tidak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu dengan yang lain .

d.  Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran

            Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik .

2. Mengajar Sebagai Proses Mengatur Lingkungan

            Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu, dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Mengapa demikian? Minimal ada empat alasan penting. Alasan inilah yang kemudian menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma mengajar dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.
           
Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, akan tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang.
Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecendrungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai cabang keilmuan.
Ketiga, perkembangan teknologi khususnya informasi teknologi informasi, memungkinkan setiap orang bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dimana dan kapan saja.
Keempat, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan  pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia.

            Keempat hal diatas, menuntut perubahan makna dalam mengjar. Mengajar jangan diartikan sebagai proses menyammpaikan materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
           
            Pengaturan lingkungan adalah proses menciptakan iklim yang baik seperti penataan lingkunan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran, dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa siswa betah dan merasa senan belajar sehingga mereka dapat berkmbang secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.

            Kata “pembelajaran”  adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau “teaching” merupakan bagian dari pembelajaran (intruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaiman merancang atau mengarasemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan untuk dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

            Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajar bahan pelajaran.
           
            Terdapat beberapa karakteristikdari konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan itu .

a. Mengajar Berpusat pada Siswa (student centered)
           
            Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian, peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa untuk belajar. Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar.

b. Siswa sebagai Subjek Belajar

            Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan,siswa tidak dianggap sebagai organisme yang pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yan memilikikemampuan dan potensi.

c. Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja

            Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yan  berorientasi  kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa.

d. Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan

            Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan tercapai


B. Mengajar dan Pembelajaran

             Dalam konteks implementasi Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan materi pembelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan sebagai pembelajaran. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.
           
            Dalam implementasinya, walaupun istilah yang digunakan “pembelajaran”, tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar-belajar adalah dua istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan.

            Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Perbedaan dominasi dan aktivitasi di atas, hanya menunjukan kepada perbadaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses pembelajaran.

            Bruce Weil, (1980), mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran seperti ini. Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial, dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, anak akan belajar lebih efektif dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. Oleh karena itu melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagai pengalaman dan lain sebagainya, yang memungkinkan meraka berkembang secara wajar.

Makna pembelajaran ditunjukan oleh beberapa ciri sebagai berikut:

1. Pembelajaran adalah Proses Berpikir

            Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya.
           
            Dalam proses pembelajaran La Costa (1985), mengklasifikasikan  mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, and teaching about thinking .

            Teaching of thinking, adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk pembentukan keterampilan mental tertentu, seperti misalnya keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya.
            Teaching for thinking, adalah proses pembelajaran yang diarahkan pada usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap perkembangan kognitif.
            Teaching about  thinking, adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya.

2. Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak

            Pembelajara berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.
           
            Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat terartur. Walupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta , fonetik, serta simbolis. (De Porter, 1992)

            Cara kerja otak kanan bersifat abstrak, tidak teratur, intuitif dan holistis. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang besifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.

            Pendapat lain tentang otak kanan adalah teori Otak Triune. Triune berarti “three in one” (Dave Meier, 2002: 83). Menurut teori otak Triune, otak menusia terdiri dari 3 bagian, yaitu otak reptil, sistem limbik, dan neokorteks. Ketiga bagian otak itu tergambar di bawah ini.

Oval: Neokorteks


             

Oval: ReptilOval: Sitem Limbik 






            Otak reptil adalah otak paling sederhana. Tugas utama otak ini adalah mempertahankan diri.
            Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi.
            Neokorteks adalah otak yang paling tinggi tingkatannya. Otak ini memiliki fungsi tingkat tinggi. Otak ini yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lain ciptaan Tuhan.

            Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak. Pembelajaran mestinya mengembangkan kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan fungsi neokorteks, melalui pengembangan berbahasa, memecahkan masalah, dan membangun kreasi.

3. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat

            Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Dikatakan manusia yang sukses dan berhasil manakala ia dapat menembus rintangan itu; dan dikatakan manusia gagal manakala ia tidak dapat melewati rintangan yang dihadapinya. Melalui kemampuan bagaimana cara belajar, siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya.

            Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah dikemukakan diatas, sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan Unesco (1996), yaitu (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; dan (4) learning to live together.


C. Prinsip Mengajar

1. Berorientasi pada tujuan

            Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2. Aktivitas

            Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3. Individualitas

            Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa.

4. Integritas

            Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan selurtuh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja akan tetapi juga meliputi perkembangan aspek afektif dan aspek psikomotor.

5. Interaktif

            Prinsip interaktif mengandung makna, bahwa mengajr bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

6. Inspiratif

            Biasrkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri , sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektiff, yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.

7. Menyenangkan

            Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbatas dari rasa takut, dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (enjoy full learning).

8. Menantang

            Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk megembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi.

9. Motivasi

            Dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.


D. Makna Belajar

1. Belajar sebagai Proses Perubahan Tingkah Laku

            Sering orang menggap bahwa belajar itu sama dengan menghafal. Belajar sama dengan menghafal? Adakah konsep lain yang lebih bermakna dari sekadar menghafal? Bukankahn tujuan belajar itu agar seseorang menjadi lebih baik dan lebih pintar? Apakah dengan hanya sekadar menghafal seseorang akan menjamin lebih baik dan lebih pintar?tentu tidak, bukan ? Seseorang yang mampu menghafal sejumlah materi pelajaran belum tentu menjamin seorang tersebut menjadi lebih baik dan pintar.

            Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

            Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapaat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.

            Dari uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu preses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.

            Apakah setiap perubahan tingkah laku itu hasil belajar? Tentu tidak. Sekali lagi, tidak setiap perubahan tingkah laku hasil belajar.. perubahan tingkah laku yang bagaimana yang bukan hasil belajar itu? Anda dapat menganalisis penjelasan dibawah ini.

  1. Perubahan  perilaku karena pengaruh obat bukan hasil belajar.
  2. Perubahan perilaku karena kematangan.
  3. Perubahn perilaku karena suatu penyakit.
  4. Perubahan perilaku karena pertumbuhan jasmani.

2. Bentuk dan Hasil Perbuatan Belajar

            Menurut Gagne sebagai suatu proses ada delapan tipe perbuatan belajar yang sederhana sampai perbuatan yang kompleks.

  1. Belajar signal
  2. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan
  3. Belajar membetuk rangkaian
  4. Belajar asosiasi verbal
  5. Belajar membedakan hal yang majemuk
  6. Belajar konsep
  7. Belajar kaidah atau prinsip
  8. Belajar memecahkan masalah

            Belajar yang berkenaan dengan hasil, (dalam peengertian banyak hubungannya dengan tujuan pengajaran), Gagne mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, hasil belajar yakni:

  1. Belajaran kemahiran intelektual (kognitif)
  2. Belajar informasi verbal
  3. Belajar mengatur kegiatan intelektual
  4. Belajar sikap
  5. Belajar ketermpilan motorik


E. Teori-teori Belajar

            Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai dari akibat dari pengalaman dan latihan. Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan Haakikat manusia menurut leibnitz.

            Menurut John Locke manusia itu merupakan organisme yang pasif. Dari pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar behavioristik-elementeristik. Berbeda dengan pandangan Locke, Leibnitz menggap bahwa manusia adalah organisme yang aktif. Hakekat manusia menurut pandangan Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran belajar kognitif-holistik.









PERBEDAAN ALIRAN BEHAVORISTIK DAN KOGNITIF

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
TEORI BELAJAR KOGNITIF
·   Mementingkan pengaruh lingkungan
·   Mementingkan bagian-bagian
·   Mengutamakan peranan reaksi
·   Hasil belajar terbentuk secara mekanis
·   Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
·   Mementingkan pembentukan kebiasaan

·   Memecahkan masalah dilakukan dengan cara “trial and error”
·     Mementingkan apa yang ada dalam diri
·     Mementingkan keseluruhan
·     Mengutamakan fungsi kognitif
·     Terjadi keseimbangan dalam diri
·     Tergantung pada kondisi saat ini

·     Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
·     Memecahkan masalah dengan didasarkan kepada “insight”



           
            Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behaavioristik di antaranya:

a.       Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike.
b.      Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop
c.       Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner
d.      Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull
e.       Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie

Sedangkan teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif Wholistik di antaranya:

a.       Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler dan Wertheimer.
b.      Teori Medan (Field Theory) denggan tokohnya Lewin.
c.       Teori Organismik yang dikembangkan oleh wheeeleer.
d.      Teori humanistik dengan tokohnya Maslow dan Rogers.
e.       Teori Konstruktivistik.
















b. Teori-teori Belajar Kognitif

1. Teori Gestalt

            Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan.

2. Teori Medan

            Sama seperti teori Gestalt, teori Medan menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah.

3. Teori Konstruktivistik

            Belajar menurut teori kontruktivistik bukanlah sekadar mennghafal akan tetapi, proses mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar